Saturday, September 15, 2012

Cerita dibalik Kesuksesan HONDA ada SOICHIRO HONDA





 Bengkulu,
16 September 2012.

Berikut adalah cerita mengenai kesuksesan seseorang dibangun dari kerja keras dan mimpi. Cerita ini akan menginspirasi kita semua bahwa seorang pendiri Honda tidak serta merta dengan mudah membangun perusahaan raksasa otomotif ini. Beliau (Soichiro Honda-red) harus mengalami naik turun pahitnya kehidupan, sebelum usaha beliau sukses dengan kegigihan, ketekunan, ketelatenan, keuletan, kesabaran, dan passion beliau yang tinggi didunia otomotif.

Cerita ini semoga menginspirasi bagi kita semua untuk menjadi lebih baik dan bisa menggapai mimpi-mimpi kita.

Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas, sehingga layak dijuluki “raja jalanan”.

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri “kerajaan” Honda – Soichiro Honda – diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor seperti halnya B.J. Habibie, mantan Presiden RI. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. “Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda,” tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever.

Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia trus bermimpi dan bermimpi…
Kecintaannya kepada mesin, mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya.
Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin menyaksikan pesawat terbang.
Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.

Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.

Karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah – pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.

“Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,” ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.

Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947,setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapatmenjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, “sepeda motor” – cikal bakal lahirnya mobil Honda – itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobinya, menjadi “raja” jalanan dunia, termasuk Indonesia.

Soichiro Honda mengatakan, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. “Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya”, tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru dan berusahalah untuk merubah mimpi itu menjadi kenyataan.

Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorangdengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin. Jadi buat apa kita putus asa bersusah hati merenungi nasib dan kegagalan. Tetaplah tegar dan teruslah berusaha, lihatlah Honda sang “Raja” jalanan.

Pasar Data Semakin Menggeliat


Bengkulu,
September 16, 2012

Pertumbuhan Pasar Data di Indonesia semakin bertumbuh pesat, hal ini disebabkan semakin tingginya kebutuhan masyarakat Indonesia akan koneksi Internet di Indonesia, baik berupa Produk Fixline maupun Broadband Mobile GSM.

Let's Say, untuk Fixline beberapa provider yang menawarkan paket data dengan teknologi kabel ini seperti Speedy, First Media, dan Biznet yang merupakan pemain besar khususnya di Jakarta. Namun didaerah, Speedy masih menguasai pasar Internet melalui Fixline, karena infrastukturnya lebih memadai dibandingkan para pesaingnya.

Untuk Provider Broadband Mobile GSM, cukup banyak sekali pemain yang bersaing merebut pelanggan dengan teknologi 3,75 G seperti The Big Three Operator (Telkomsel, Indosat, XL), Axis dan Tri. Bahkan persaingan di pasar ini juga terasa dipasar CDMA Seperti Flexinet, Aha dari ESIA, dan Smart. Sebenarnya selain itu pasar ini juga di perebutkan oleh Internet Service Provider lokal yang ada, dimana mereka memberikan paket-paket wifi khusus ke pemukiman/perumahan penduduk dengan harga competitif.

Beberapa operator GSM misalnya mereka sibuk fokus pada pembangunan Node B (BTS 3G), dimana dengan adanya penambahan coverage 3G atau peningkatan kapasitas 3G akan meningkatkan QOS kepada pelanggan sehingga akses internet menjadi lebih baik. Operator Telekomunikasi yang bisa memberikan customer experience yang baik, tentunya akan meleverage jumlah pelanggan di data ini, selain itu juga harga paket data yang semakin murah yang ditawarkan operator menjadikan Kue Bisnis yang menyumbang hampir 30% Pendapatan Operator saat ini menjadikan produk andalan operator untuk mendulang pundi-pundi Revenue.

Beberapa operator Follower melakukan counter attack kepada operator the big three untuk di layanan data ini, sebut saja Tri, dimana Tri fokus melakukan gelaran Node-B di ibukota provinsi, dan menawarkan produk dengan harga yang competitive, hal ini jika kita menilik lebih dalam bahwa, mereka fokus untuk menggarap segmen youth, dan Segmen internet khususnya di Ibu kota Provinsi. Incase, di luar ibukota Kabupatan Kualitas Sinyal mereka sangat jelek bahkan tidak terdapat sinyal sama sekali.

Karena posisi kosong di kapasitas Tri, tentunya QOS mereka akan naik. Namun disuatu titik saya yakin QOS mereka semakin menurun dengan semakin menurunnya customer experience Tri dalam menggunakan Internet hal ini dikarenakan kapasitas 3Gnya yang padat. Hal ini merupakan hal yang lumrah dan di alami semua operator. Operator yang terus meningkatkan kapasitas dan Coverage 3Gnya dan memberikan pengalaman yang baiklah dan akan memenangkan pasar di Bisnis Baru ini.

Semakin ketatnya persaingan merebut pelanggan di pasar First Curve yaitu pasar yang membutuhkan paket basic service (Voice dan SMS) yang membuat beberapa operator harus mengalami kerugian, tentunya Ekspektasi di Second Curve ini menjadi Harapan baru bagi operator untuk bisa meleverage Revenue mereka. Beberapa operator yang terus mengalami kerugian dan tidak bertahan di fase kedua Telekomunikasi inilah yang kedepannya akan melakukan corporate action seperti merger, akuisisi, ataubahkan Collaps.

Dengan Smartphone yang harganya semakin murah dan mudah didapat dipasaran, membuat pasar ini terus tumbuh, hal ini juga didukung taraf kehidupan masyarakat yang semakin meningkat, maka menggunakan Smartphone, Tablet, Modem tidak sekedar menjadi gaya hidup, namun juga sebagai kebutuhan bagi masyarakat untuk bisa terkoneksi satu sama lain.