3 September
2015.
Mungkin ada
yang bertanya, mengapa sih saya harus menuliskan kembali intisari dari setiap
pembelajaran dari Modul E-Learning yang saya pelajari, Buku yang saya baca, atau
bahkan sesuatu yang saya anggap menarik, dan saya ambil makna dan pelajaran
dari sana. Jawabannya menurut saya adalah, ketika kita membaca, atau
mempelajari sesuatu, kita akan menyimpan dua kali, yang pertama menyimak, dan
yang kedua menulis dalam bentuk tulisan. Harapannya adalah meningkatkan daya ingat
saya, sehingga mampu menyimpan
materi-materi yang saya pelajari tersebut.
Yang kedua
adalah ketika apa yang saya ketahui dan pelajari, saya sharing di media sosial
dan blog. Saya berharap materi pembelajaran yang saya dapat, bisa bermanfaat
bagi orang lain, dan inilah inti dari menulis di media internet, kita bisa
berbagi apapun yang kita inginkan dalam konteks hal-hal yang positif. Dan alasan
ketiga, saya berprinsip bahwa ketika kita ingin menguasai sesuatu kita harus
banyak belajar dan melakukannya berulang-ulang. Saya ingin sekali membuat sebuah
buku yang isinya adalah masterpiece
buah pemikiran saya, dan apa yang saya tulis bisa bermanfaat dan Inspiring banyak orang. Yang saya
lakukan saat ini adalah terus mengetik, terus belajar, mendengar, memahami, dan
menuliskan dalam tulisan sederhana di blog dan media sosial.
Oke, baiklah
kembali ke Laptop, hehe. beberapa hari ini saya menyelesaikan Digital E-Learning yang membahas mengenai Customer Quality Management (CQM), dan karena beberapa hari ini
luar biasa jadwal pekerjaan di agenda yang harus saya selesaikan, saya
menyelesaikan Modul ini dalam waktu 3 hari, wow lama banget untuk Materi
Learning online yang hanya 3 jam. Hehe. But
it’s okay, yang penting terus belajar kapanpun dan dimanapun. Mengapa sih
saya harus terus mengambil topic Modul
E-Learning mengenai Service, Customer
Behavior, dan Loyalty Management.
Karena menurut saya, topik ini sangat berkaitan erat dengan pekerjaan harian
saya, dan ini membantu pemahaman saya mengenai teori dasar, dan implementasinya
dalam bisnis, yang bisa saya gunakan untuk memaksimalkan nilai dan hasil dari
pekerjaan yang saya lakukan.
- Customer Quality Management (CQM).
Customer Quality Management (CQM)
merupakan salah satu value dari Nine Core Elements of Marketing, dan ini
menjadi penting bagi kita sebagai seorang marketer
untuk memahami hal ini. Dalam modul ini menjelaskan bahwa kaitan antara CQM di
perusahaan, sangat erat hubungannya dengan Service
atau pelayanan. Dimana pelayanan ini merupakan bagian dari Value perusahaan,
dimana untuk memenuhi kebutuhan, keinginan, harapan dan pelayanan, perusahaan
harus mampu menciptakan value yang
abadi dalam membangun hubungan yang baik dengan pelanggan.
Mengapa
pelayanan prima kepada pelanggan menjadi penting, karena pelayanan merupakan
salah satu strategi sikap perusahaan untuk bisa bertahan dan memenangkan
persaingan di masa depan. Hal ini dikarenakan, dengan pelayanan yang melebihi
ekspektasi pelanggan, akan mempengaruhi pada tingkat pengulangan pelanggan
dalam membeli produk (repeat buying).
Oleh karena itu, nilai pelayanan harus dikelola secara terus menerus, dan tidak
hanya pada saat transaksi, let’s say,
transaksi jual beli, namun juga after
sales juga menjadi sangat penting.
Di industri
Telekomunikasi sendiri kita lihat bahwa pada saat terjadi perang tarif pada
tahun 2008 hingga 2011, terlihat bahwa ketika satu operator melakukan strategi pricing, di ikuti oleh operator lainnya,
dan tentunya strategi ini jika terus menerus akan menggerus Revenue perusahaan tersebut, sehingga
yang saya amati setelah tahun 2012 hingga saat ini, operator telekomunikasi di
Indonesia, tidak lagi fokus pada strategi harga, namun lebih kearah pelayanan
yang baik, memberikan experience
kepada pelanggan, apalagi saat ini bisnis data dan broadband menjadi fokus bagi semua operator telekomunikasi di
negeri ini untuk mencari pundi-pundi Revenue.
- Customer Service.
Di modul ini
dijelaskan bahwa kunci sukses dalam Customer
Service adalah pengetahuan dan pemahaman yang cukup dari perusahaan
terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan, ekspektasi atau harapan pelanggan terhadap
perusahaan, dan memperhatikan bagaimana perilaku pelanggan itu sendiri. Untuk
menghindari Gap Pelayanan (Service Gap),
perusahaan harus mengindentifikasi Gap, seperti yang dilakukan oleh Christopher
Lovelock, yang mengembangkan 7 Services
GAP untuk mengukur kualitas pelayanan, sehingga perusahaan bisa memberikan
pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. Dibawah ini saya sertakan table
mengenai 7 Service Gap yang di kembangkan oleh Lovelock.
Saya sangat
menyukai salah satu bagian di Modul ini yang menyatakan bahwa “Riset menunjukan
bahwa mempertahankan 20 pelanggan yang telah dimiliki lebih mudah daripada
mendapatkan satu pelanggan baru”, Intreprestasi yang saya definisikan disini
adalah bahwa biaya akuisisi satu pelanggan itu lebih besar dari pada biaya
melakukan program loyalty dan retensi kepada existing customer. Bayangkan
ketika kita melakukan akuisisi pelanggan, kita harus mengeluarkan biaya untuk
promosi yang besar, sewa event, hire karyawan sebagai petugas sales, melakukan
spreading, dan berbagai aktivitas terkait akuisisi New Sales. Luar biasa bukan.
Dan di modul
ini dijelaskan bahwa:
- Pelanggan bisa sangat puas, jika pelayanan yang didapat melebihi dari pelayanan yang diharapkan.
- Pelanggan bisa puas, jika pelayanan yang didapat setara dengan pelayanan yang diharapkan.
- Sebaliknya pelanggan akan kecewa, jika pelayanan yang didapat kurang dari pelayanan yang diharapkan.
Sedangkan
definisi pelayanan sendiri menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong, yaitu
sebagai aktifitas atau manfaat yang ditawarkan oleh satu kelompok, kepada
kelompok lainnya berupa sesuatu yang bersifat intangible tanpa harus mempengaruhi kepemilikan layanan tersebut. Berikut di tabel ini saya sertakan mengenai proses perpindahan dalam mengimplementasikan Service Quality kepada pelanggan, sehingga pelanggan akan mendapatkan pelayanan yang berkualitas dari perusahaan. Yang harapannya, pelanggan akan berada di Fase Suprising & Unbelievable ketika menerima pelayanan dari kita.
- Moment of Truth (MoT)
Dalam kaitannya
dengan pelayanan yang terjadi interaksi antara perusahaan dengan pelanggan, ada
hal penting yang harus diperhatikan yaitu Moment
of Truth (MoT), dimana di Modul ini dijelaskan, MoT harus bisa dirasakan
oleh pelanggan, semenjak pelanggan menelpon/menerima panggilan telpon,
memasukin gedung pelayanan, menerima sambutan dari petugas keamanan, memarkir
kendaraan, berinteraksi dengan petugas pelayanan, hingga meninggalkan kantor
pelayanan. Setiap titik MoT harus benar-benar terjaga, agar pelanggan
senantiasa mempersepsikan produk dan layanan perusahaan secara positif yang
berarti memudahkan kita dalam melakukan pemasaran dan penjualan. MoT ini saya
intreprestasikan sebagai interface
dari setiap tahapan yang dilalui oleh pelanggan ketika pelanggan tersebut ingin
mendapatkan suatu pelayanan dari sebuah perusahaan.
Saya sangat
setuju sekali dengan pernyataan di modul ini, bahwa pelayanan tidak hanya
berperan sebagai produk yang ditawarkan kepada pelanggan, namun juga sebagai
proses yang dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Penciptaan tingkat pelayanan
dapat mempengaruhi nilai yang diterima oleh pelanggan. Pelayanan yang dibuat
semakin berbeda dan diatas ekspektasi pelanggan, maka kepuasan pelanggan pun
akan semakin tinggi. Intinya adalah Perusahaan mendeliver produk dan jasa beyond Customer’s Expectation, sehingga
pelanggan akan merasa Surprise dengan
apa yang kita berikan, dan tentunya tujuan akhir dari sebuah pelayanan yaitu
meningkatkan customer satisfaction
dan customer loyalty akan meningkat.
- Pelayanan Sebagai Paradigma.
Service adalah sebuah paradigma dan
komitmen dari perusahaan untuk memenuhi kebutuhan, keinginan, serta ekspektasi
pelanggan yang senantiasa berubah. Di dalam melaksanakan pengukuran Customer Quality, ada 5 Dimensi Kualitas
pelayanan yang harus di perhatikan untuk memberikan pelayanan yang terbaik,
yaitu:
- Kehandalan (Reliability), Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjuikan secara akurat.
- Kepercayaan (Assurance), yaitu pengetahuan dan keramahan staf serta kemampuan untuk menumbuhkah kepercayaan.
- Penampilan (Tangibles), yaitu berupa fasilitas fisik, peralatan dan tampilan dari staff.
- Empati (Empathy), yaitu perhatian secara pribadi yang diberikan perusahaan kepada pelanggan-pelangganya.
- Tanggapan (Responsiveness), yaitu adanya kemauan untuk menolong pelanggan dan memberikan service yang tepat waktu.
Dari 5 dimensi
Kualitas Pelayanan ini merupakan tools bagaimana perusahaan bisa meningkatkan
pelayanan, melalui pendekatan ServQual
(Service Quality) Improvement.
Alhamdulillah pembelajaran kali ini sangat bermanfaat sekali ilmu yang saya dapatkan, dimana saya bisa mengetahui dengan baik bagaimana tahapan demi tahapan dalam menshifting pelanggan sehingga berada pada titik teratas kepuasan pelanggan yaitu Suprise dengan pelayanan yang kita berikan, kemudian 5 Dimensi terpenting bagi penerapan Service Quality (ServQual) yang baik di perusahaan.
No comments:
Post a Comment
hello guys