Bengkulu,
20 Agustus 2015.
Agustinus Wibowo, Pria asli Lumajang kelahiran 8 Agustus 1981 ini, menyelesaikan pendidikannya di jurusan Teknik Komputer di Tsinghua University, Beijing. Sulung dua bersaudara ini menjadi sosok perhatian saya selama hampir 2 minggu belakangan ini. Karena hampir setiap hari saya luangkan waktu untuk membaca salah satu buku beliau yang berjudul Titik Nol - Makna Sebuah Perjalanan sebanyak 552 halaman, yang di terbitkan oleh Gramedia Pustaka. Wow, Amazing Books.
Well, saya akan sedikit sharing mengenai buku yang keren banget ini. Klo saya coba cek di Goodreads, buku ini mendapatkan rating 4,26. Wow, banyak sekali yang suka, saya tambahkan juga bintangnya. Thank you Ming (panggilan kecil beliau) atas Wonderful Booknya.
Ketika saya membaca buku Titik Nol ini, saya merasa seolah-olah membaca skenario sebuah perjalanan yang jauh lebih dalam. Tentang perjalanan ke dalam diri sendiri yang direfleksikan dengan perjalanan panjang ke beberapa negara yang tak lazim untuk di kunjungi oleh seorang solo traveler.
Alur cerita buku ini dikemas begitu apik seperti roda kehidupan, adakalanya muncul ketegangan, ada keharuan, ada kelucuan dan tentu saja ada perenungan yang sangat mendalam. Skenario tentang perjalanan anak manusia ini menurut saya, benar-benar penuh makna. Selebihnya banyak kisah yang pantas untuk direnungkan, tentang makna sebuah perjalanan.
Di buku ini, yang menjadi tokoh utamanya adalah sang penulis sendiri, dimana dalam catatan perjalanannya, beliau tidak banyak menekankan pada petualangan pribadi atau beragam keberhasilan yang dicapainya, melainkan berisi orang-orang yang ditemuinya sepanjang perjalanannya. Tulisan-tulisannya lebih memberi penghormatan pada kenangan-kenangan tentang mereka yang telah menyentuh, memperkaya, mencerahkan hidupnya. Merekalah yang menjadi alasan kenapa Agustinus bisa lolos dari zona perang tanpa terluka sedikit pun, melewati wilayah-wilayah sulit dengan mudah, dan melakukan perjalanan panjang dengan dana amat terbatas.
Selama 10 tahun Agus meninggalkan Lumajang, tanah kehahirannya, untuk menuntut ilmu di Beijing hingga kemudian menceburkan dirinya ke negara-negara eksotis di Asia Tengah. Dari titik nol inilah petualangan Agustinus dimulai. Berawal dari sebuah mimpi untuk berjalan dari Beijing ke Afrika Selatan melalui jalur darat ribuah Kilometer. Amazing. Dari dusun gersang berdebu di sudut selatan Xinjiang yang dijuluki Kilometer Nol inilah ia melangkahkan tekad untuk menyeberang ke Tibet, kemudian Nepal, India dan Pakistan. Dari sinilah langkah awal perjalanan panjang menembus atap dunia, melintas barisan gunung dan padang, memuaskan mimpi untuk menemukan berbagai kisah tersembunyi di ujung dunia.
Dengan detail ia menceritakan berbagai kisah yang dihadapinya, petualangan dan ilmu yang didapat, pengalaman kerampokan di jalan, hingga sakit Hepatitis berminggu-minggu terlantar di India, dan pengalaman menjadi Photographer di Kantor Berita Lokal di Kabul, Afganistan yang waktu itu penuh dengan Bom dimana-mana, kemiskinan, harga kebutuhan pokok sangat mahal, dan berbagai cerita lain yang menambah khazanah pengalaman batin yang luar biasa untuk diceritakan kepada pembaca.
Yang saya amati, Titik Nol ini berpusat pada Agustinus yang menggabungkan makna perjalanan dan sang Mama yang berjuang menghadapi kanker. Bagaimana kedua hal itu bisa menjadi korelasi yang pas, itulah magnet kuat dan kekuatan penulis merangkai kata sehingga Titik Nol lebih menyerupai buku kehidupan beliau sendiri. Dan disini justru dari ibunya yang tidak pernah ke mana-mana itulah, ia menemukan satu demi satu makna perjalanan yang selama ini ia abaikan.
Bagi anda yang belum membaca buku ini, saya rekomendasikan untuk anda baca. Info detail mengenai Agustinus Wibowo, bisa anda akses di http://agustinuswibowo.com .
Have a nice Reading.
No comments:
Post a Comment
hello guys