"Kemana Anda melangkah tidak ditentukan oleh alas kaki (kasut) yang Anda kenakan!"
Sudah menjadi nasib Sandal Jepit. Sering ditolak menjadi alas kaki resmi, karena diangap tidak berkelas. Nggak percaya? cobalah masuk department store, mall, atau restoran tertentu dengan hanya mengenakan alas kaki yang namanya sandal jepit ini! Bakalan dihadang satpam sebelum Anda sempat masuk. Seorang Taufik Hidayat juga nggak bakalan menggunakan sandal jepit ketika bertanding di kejuaraan bulu tangkis. Apalagi tim sepakbola Liverpool! Sampai saat ini memang sandal jepit dianggap sebagai alas kaki paling remeh. Setidaknya, di antara ribuan alas kaki dan sepatu koleksi Imelda Marcos, sandal jepit saya yakin tidak termasuk di dalamnya. Lagi pula sandal jepit ini kan tidak memenuhi standar EHSS - Environment, Health, Safety & Security (Environment: sandal jepit terlalu terbuka, sehingga menyebabkan bau kaki pemakai menjadi sumber polusi; Health: pemakai bisa masuk angin dan tertusuk benda tajam; Safety: sandal jepit tidak cocok buat atletik atau panjat tebing; Security: sandal jepit bukan alas kaki yang cocok untuk satpam, ribet kan kalau harus ngejar maling pakai sandal jepit). Tetapi Anda jangan menggunakan alas kaki sebagai standard penilain terhadap seseorang. Saya mengenal seorang Kiai dengan "sandal jepit" bebas masuk-keluar Istana Negara, dan malah ia sangat dihormati dan disegani orang, termasuk petinggi-petinggi negara di republik ini Bandingkan dengan seorang businessman sukses yang berhasil masuk ke dunia politik dan pernah menjadi salah seorang menteri, tetapi kemudian menggunakan alas kaki berharga puluhan juta rupiahnya ke tika digelandang masuk tahanan kejaksaan untuk kasus korupsi! Jangan heran juga kalau Anda ke Myanmar, sandal jepit dan sarung menjadi pakaian kerja sehari-hari (kecuali dari kalangan militer). Dan Anda tidak bisa menilai mereka "tidak lazim" hanya karena sandal yang mereka kenakan sehari-hari. Ketika dunia ini mempunyai standard dan norma bikinan mengenai apa yang baik dan tidak baik untuk dipakai di kaki, seharusnya kita tetap mempunyai keyakinan bahwa langkah-langkah kita tidak lah ditentukan oleh alas kaki yang kita kenakan, tetapi jutru oleh akal-budi-pikiran yang letaknya jauh dari kaki serta tidak tampak di mata. Jangan mempertaruhkan nilai Anda s ebagai manusia utuh hanya kepada alas kaki atau pakaian yang kita kenakan.
(Dikutip Dari Pak Didik Blog, sorry Pak didik gak kreatif neh, hehehehe)
No comments:
Post a Comment
hello guys