Bengkulu,
12 Agustus 2015.
Jika sebelumnya saya coba memberikan sedikit Highlight mengenai Potensi Wisata Benteng Marlborough dan Pantai Panjang Bengkulu. Untuk tulisan kali ini saya akan sedikit menceritakan salah satu tradisi yang turun temurun dan terus dirayakan oleh masyarakat Bengkulu setiap tahunnya.
Yup, Festival Tabot Bengkulu adalah tradisi yang terus di pertahankan keberadaannya, dimana waktu pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan pada 1 - 10 Muharam. Sebelum mendeskripsikan Tradisi Festival Tabot, saya sedikit menceritakan mengenai asal-usul Bengkulu.
Well, Bengkulu dalam bahasa Melayu di sebut Bangkahulu, dalam bahasa Belanda disebut Bengkulen, dalam bahasa Inggris disebut Bencoolen. Dengan jumlah penduduk sebanyak 1.742.080 jiwa, Provinsi Bengkulu memiliki luas wilayah sekitar 151,7 km² dan terletak di pantai barat pulau Sumatra dengan panjang pantai sekitar 525 km. Provinsi ini berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, berada di sebelah barat pegunungan Bukit Barisan, dan cukup sering dilanda gempa bumi. Alhamdulillah sudah hampir 3 tahun dan 3 bulan dari bulan Mei 2015 tinggal di Bengkulu, saya sudah beberapa kali mengalami Gempa dengan SR (Scala Richter) yang kecil, Semoga tetap aman dan damai Bengkulu dari Gempa. Aamiin.
Bengkulu memiliki banyak sejarah dan peninggalan unik yang hingga saat ini masih terjaga kelestariannya. Lokasi wisata yang bisa dijumpai di kota ini, seperti Pantai Panjang, Rumah Bung Karno, Tapak Paderi, Danau Dendam Tak Sudah, Pantai Jakat, Pulau Enggano, Pulau Tikus, Benteng Marlboro (berhadapan langsung dengan Pantai Panjang), dan masih banyak lainnya.
Bengkulu juga terkenal dengan Bunga Raflessia Arnoldy, bunga parasit terbesar di dunia dengan diameter 100 cm yang sering ditemukan di daerah Taba Penanjung, Kabupaten Kepahiang. Bunga Raflessia ini menjadi inspirasi untuk motif pada kain batik khas Bengkulu yang dikenal sebagai Batik Basurek.
Oke baiklah, kembali ke Upacara Tabot yang secara rutin dilaksanakan pada bulan Muharam, Atraksi budaya berbalut agama ini bahkan digemari wisatawan domestik dan mancanegara. Saat upacara digelar maka dipastikan ratusan bahkan ribuan orang tumpah-ruah di sepanjang jalan dan lapangan utama kota Bengkulu untuk menyaksikan berbagai tahapan prosesi menarik dan sakral tersebut.
Festival Tabot ini setiap tahunnya dipusatkan di lokasi View Tower yang berhadapan langsung dengan Rumah Dinas Gubernur Provinsi Bengkulu, dan sekitar 100 m dari Benteng kebanggaan Warga Bengkulu, Benteng Fort Marlborough.
Jika berkenan saya mengutip apa itu Upacara Tabot dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tabot, bahwa Tabot adalah Upacara Tradisional Masyarakat Bengkulu untuk mengenang tentang kisah Kepahlawanan dan Kematian Cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan, dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah (681 M).
Tabot sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu at taubat yang artinya miniatur keranda kematian yang bertingkat, sehingga pada Upacara Festival Tabot di Bengkulu banyak sekali jika anda melihat bentuk bangunan mini bertingkat-tingkat yang dihiasi oleh aneka pernak-pernik berwarna keemasan yang sangat indah.
Perayaan Festival Tabot di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada tahun 1685. Syeh Burhanuddin (Imam Senggolo) menikah dengan wanita Bengkulu, yang kemudian anak, cucu dan keturunan mereka disebut dengan Keluarga Tabot. Upacara Tebot setiap tahunnya dilaksanakan pada 1 hingga 10 Muharam berdasarkan kalender Islam.
Upacara Tabot bagi masyarakat Bengkulu merupakan
nilai agama yang sakral sekaligus mengandung nilai sejarah dan sosial. Upacara
Tabot juga sebagai perayaan untuk penyambutan tahun baru Islam. Ada banyak
pesan moral dan sosial dari ritual Tabot bagi masyarakat Bengkulu. Salah
satunya adalah selain manifestasi kecintaan dan mengenang kepahlawanan Imam
Hussein bin Ali, juga mengingatkan manusia terhadap praktik penghalalan segala
cara untuk menuju puncak kekuasaan dan simbolisasi dari sebuah keprihatinan
sosial.
Pada Festival Tabot ini, selain menggelar upcara
ritual, biasanya juga dimeriahkan pertunjukan seni, pasar rakyat, pameran kerajinan,
lomba musik Dol, tari kreasi tabot, telong-telong dan ikan-ikan (hiasan yang
dibentuk menyerupai kuda, pesawat, buroq, gajah, naga dsb), Tabot Besanding, dan
beragam acara seni lainnya. Apabila anda datang sehari sebelumnya maka jangan
lewatkan melihat tabot utama dan tabot kecil dipamerkan dengan lampu
kerlap-kerlip menghiasi gelapnya malam di kota Bengkulu.
Festival Tabot di Bengkulu menggelar prosesi
pengambilan tanah dari tempat yang ditentukan untuk kemudian ditempatkan dalam
replika keranda Imam Husein. Berikutnya diiringi lantunan musik tradisional
maka puluhan tabot akan diarak mengelilingi kampung di Bengkulu. Dan kegiatan
ini akan diiringi oleh suara dari alat musik Dol yang berbentuk tambur bulat
terbuat dari akar bagian bawah pohon kelapa. Perayaan ini layaknya parade
kendaraan hias dimana prosesi akhir adalah pembuangan tabot di Daerah Pemakaman
Karbela, Tanah Patah, Kota Bengkulu yaitu sekira 3 Km dari Lokasi Festival Tabot.
Pengarakan tabot ke tempat pembuangan ini merupakan acara puncak Festival
Tabot.
Sebagai penikmati Budaya, saya melihat Tabot sebagai Warisan Budaya yang perlu terus di cintai dan dihidupkan agar terus lestari. Terlepas ada pendapat dari sebagian kalangan masyarakat yang melihat Budaya Tabot dari sisi yang sedikit berbeda. Siapa lagi jika bukan kita yang terus menghargai dan melestarikan budaya bangsa. Terus berbanggalah akan budaya dan keanekaragaman bangsa kita, sebagai bentuk toleransi Kebhinekaan Tunggal Ika.
Ayo Kunjungi dan Nikmati Potensi Wisata yang ada di Bengkulu.
Dokumentasi mengenai Festival Tabot dalam bentuk Video, bisa anda saksikan di Youtube yang di unggah oleh Hendri Joharmansyah, pada 3 Desember 2013.
https://www.youtube.com/watch?v=uD6rYbVKLYI
#MelukisBengkuludiAwan(MBA)
#TelkomselBranchBengkulu
Sources:
https://id.wikipedia.org/wiki/Tabot
http://www.indonesia.travel/id/
No comments:
Post a Comment
hello guys